Solusi di Tengah Pandemi? Universal Basic Income! Apa itu?

4 min read
Universal Basic Income adalah konsep kesejahteraan

Pandemi covid-19 memukul telak perekonomian. Kemiskinan dan pengangguran diprediksi akan melonjak tajam akibat krisis ini. Dalam kondisi krisis, kita tidak bisa berpikir seperti biasa. Butuh langkah cepat dan tepat. Malah kalau perlu, out of the box seperti Universal Basic Income

Kemiskinan adalah masalah utama yang harus diselesaikan. Sebab, bisa dibilang kemiskinan adalah akar dari segala masalah. Karena miskin, tidak dapet cukup nutrisi sehingga jadi kurang gizi.

Kalau kurang gizi jadi rentan sakit. Karena miskin, gak mampu menyekolahkan anaknya, jadinya bodoh. Karena miskin, bodoh dan sakit-sakitan jadi gak bisa kerja. Kalau gak punya uang, ujung-ujungnya jadi kriminal.

Kemiskinan adalah lingkaran setan yang hanya sedikit orang saja mampu keluar dari lingkaran setan itu. Kalau masalah ini dibiarkan, ya berputar-putar terus masalahnya.

Wacana Universal Basic Income semakin mengemuka dalam kondisi krisis seperti saat ini. Konsep ini dianggap dapat menjadi solusi yang baik untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang hancur digebuk covid-19.

Apa sih Universal Basic Income?

Universal Basic Income (UBI) merupakan konsep bantuan kesejahteraan yang sederhana, yaitu negara memberikan UANG TUNAI pada seluruh warga negara tanpa syarat dan ketentuan apapun, asal punya KTP. Kaya, miskin, pengusaha, pekerja, pengangguran atau apapun itu, semua dapat. Tanpa perbedaan nominal.

Semua warga negara akan mendapatkan gaji dari negara. Uang cuma-cuma ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, minum, pakaian dan tempat tinggal.

Berbeda dari program kesejahteraan lainnya yang menyasar kaum miskin. Universal Basic Income, sesuai namanya: universal menyasar semua orang. Tanpa terkecuali.

Pentingkah Universal Basic Income

Penerapan universal basic income ini menjadi penting kalau melihat prospek pasar kerja di masa depan. Otomatisasi, artificial intelligence dan berbagai teknologi lain akan mendisrupsi dunia kerja. Revolusi industri 4.0.

Contoh kecil: mobil tanpa supir. Ketika teknologi ini sudah diproduksi massal, supir truk, taksi dan lain sebagainya nyaris pasti tergantikan. Termasuk, ojek online.

konsep universal basic income menjadi penting saat teknologi mendisrupsi pekerjaan manusia
Mobil otomatis bisa berjalan dengan aman tanpa supir

Banyak sekali contoh pekerjaan yang akan tergantikan teknologi. Kalau dulu revolusi industri menghasilkan kelas buruh, revolusi teknologi diprediksi menghasilkan kelas manusia gak berguna.

Mau bagaimana pun, buruh dalam revolusi industri masih dibutuhkan secara ekonomi. Tanpa buruh, ekonomi gak bisa berputar. Buruh masih punya daya tawar secara politis.

Nah kelas gak berguna ini berbeda. Ya, mereka benar-benar gak dibutuhkan untuk bekerja. Satu-satunya manfaat yang bisa diperoleh dari mereka adalah kemampuan membelinya.

Mari kita menyebut kelas gak berguna ini sebagai kaum rebahan, agar gak terlalu kasar seperti istilah Yuval Harari. Agar kaum rebahan ini punya kegunaan, lebih baik mereka dikasih uang untuk belanja. Agar produksi terus jalan dan kompetisi bisnis terus ada.

Apa gunanya teknologi super canggih kalau gak ada yang jadi konsumen?  Bagaimana pun, roda ekonomi mesti berputar. Prediksi para ahli, universal basic income mungkin diterapkan saat masa itu datang.

Ternyata, pandemi ini mendorong perubahan lebih cepat. Anjloknya ekonomi akibat pandemi dikhawatirkan menyebabkan banyak orang gak bisa survive menghadapi masalah ini.

Mungkinkah Universal Basic Income Diterapkan?

Beberapa ekonom, termasuk mantan menteri Keuangan, Chatib Basri sempat menjadikan universal basic income sebagai opsi solusi untuk mengurangi dampak pandemi pada ekonomi dalam diskusinya di Asumsi Bersuara.

Menurut pendiri Basic Income Lab, Sonny Mumbunan di Universitas Indonesia, dalam pandemi ini negara bisa melakukan percobaan di DKI Jakarta dengan memberikan uang tunai langsung sebesar 4 juta rupiah untuk warga yang berusia 20 sampai 40 tahun.

Pertanyaan yang sering muncul adalah: Apakah mungkin memberikan gaji pada semua orang? Jawabannya mungkin. Beberapa negara sudah melakukan eksperimen soal penerapan universal basic income ini. Memang terlihat utopis, tapi mungkin diterapkan. Tahun 2017 silam, menteri keuangan Sri Mulyani juga pernah mewacanakan soal penerapan universal basic income.

Terus, berapa jumlah uang tunai yang akan diberikan? Tergantung dari kebutuhan dan kemampuan setiap daerah. Yang jelas, jumlahnya harus cukup untuk beli makanan bergizi, kalau bisa seminggu sekali makan daging. Sebuah kemewahan bagi mereka yang kurang beruntung.

Kekhawatiran Banyak Orang

Kekhawatiran banyak orang adalah bagaimana kalau uangnya itu digunakan untuk foya-foya. Buat beli rokok dan mabuk-mabukan?

Banyak orang khawatir uang dari UBI digunakan untuk merokok dan mabuk-mabukan
Banyak orang khawatir uang dari UBI digunakan untuk merokok dan mabuk-mabukan

Orang miskin aja masih banyak yang lebih mementingkan beli rokok daripada beli beras!

Penelitian tahun 2014 dari World Bank justru menunjukkan hasil sebaliknya. Enggak ada peningkatan penggunaan uang untuk rokok atau alkohol!

Laporan yang berjudul Southern Ontario’s Basic Income Experience menemukan bahwa 80% dari partisipan yang mendapat upah dasar ini mengalami peningkatan kesehatan. Lebih dari setengah partisipan mengurangi konsumsi rokok. Dan 48% lagi mengatakan konsumsi alkoholnya juga menurun.

Nanti kaum rebahan ini jadi makin males hidupnya! Literally cuma foya-foya saja!

Ya, mungkin saja sih. Toh gak bekerja dan rebahan juga tetap bisa makan. Tapi jangan salah, kebutuhan manusia itu bukan cuma makan. Menurut teori hierarkhi kebutuhan Abraham Maslow, manusia pada akhirnya perlu mengaktualisasikan dirinya.

Nah, dengan terpenuhinya kebutuhan dasar. Orang-orang bisa bekerja sesuai dengan passion, mengaktualisasikan diri. Saya suka mumet mendengar keluhan teman-teman saya soal pekerjaannya.

Kalau gak nyaman ya resign aja, pikir saya. Tapi gak semudah itu, kalau resign terus ntar mereka makan apa? Kalau sudah nggak mikir soal bertahan hidup, mereka bisa menemukan pekerjaan yang lebih cocok untuk dirinya tanpa khawatir besok makan apa.

Pekerjaan yang cocok bisa meningkatkan kesehatan mental. Kesehatan mental yang baik membawa kebahagiaan. Sebuah studi dari University of Warwick menemukan pegawai yang bahagia 20% lebih produktif. Begitu melihat emas, matanya hijau dan langsung takut untuk kehilangan. Sultan Andara, Raffi Ahmad juga saban hari masih bekerja melanglang buana di semua stasiun TV.

Lagi pula, hidup ini kan bukan cuma soal makan. Ada keperluan beli baju baru, jalan-jalan, beli make up, main game, koleksi barang dan segala hal hedon lainnya.

Jangan meragukan manusia kalau soal itu, dikasih uang buat kebutuhan dasar nggak bakal bikin manusia puas untuk mengejar harta. Manusia sangat terobsesi dengan kebahagiaan dan akan terus mengejarnya.

Untuk mengikuti kehidupan yang kian glamor, pada akhirnya akan ada orang-orang yang berujung B.U alias butuh uang. Kondisi begini memungkinkan orang-orang untuk mencari pekerjaan tambahan.

Eits, jangan anggap semua manusia ingin hidup glamor dan mengejar kemewahan materialis. Banyak juga orang yang punya hobi berbeda. Barangkali nanti ada orang yang memang hobi jadi kuli, tukang dan lain sebagainya.

Toh, adik dari novelis besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer saja memilih dengan kesadaran penuh untuk menjadi pemulung. Ya, Susilo Toer yang punya gelar doktor dari Rusia memilih untuk jadi pemulung.

Kalau memang sebaik itu, kenapa kebijakan ini belum diterapkan? Memang ada beberapa kekhawatiran yang diperdebatkan soal universal basic income ini. Seperti potesi inflasi, peningkatan tarif pajak, sumber pendanaan, geger sosial dan lain sebagainya.

Tapi, seperti yang saya tulis di awal paragraf, krisis butuh aksi cepat dan out of the box. Mungkin saja universal basic income adalah jalan keluar.

Bahkan, salesmen yang bahagia bisa meningkatkan penjualan sampai 37%. Penjualan naik, gaji naik, bisnis lancar, lapangan kerja semakin terbuka lebar dan segala hal-hal baik lainnya akan datang

Orang-orang juga jadi lebih berani untuk memulai usaha, toh hidupnya aman. Akhirnya muncul kompetisi bisnis yang lebih baik. Banyak sekali teman-teman saya yang punya ide brilian tapi ujung-ujungnya kepentok urusan perut.

Nanti yang ada industri kekurangan tenaga kerja!

Gak ada lagi orang yang mau kerja kasar jadi kuli, tukang, pemulung dan lain sebagainya.

Jangan kira manusia itu pandai bersyukur. Manusia itu nggak ada puasnya! Di dunia, justru orang-orang kaya itu lebih rajin bekerja daripada orang miskin. Lihat saja instagram Hotman Paris yang sudah bangun dari jam empat pagi. Belum lagi milyarder-milyarder lain.

Uang itu candu. Makin punya banyak, makin semangat lagi untuk terus menimbunnya. Hal ini dikisahkan dengan baik dalam serial The Hobbits dalam tokoh Thorin Oakenshield.

Begitu melihat emas, matanya hijau dan langsung takut untuk kehilangan. Sultan Andara, Raffi Ahmad juga saban hari masih bekerja melanglang buana di semua stasiun TV.

Lagi pula, hidup ini kan bukan cuma soal makan. Ada keperluan beli baju baru, jalan-jalan, beli make up, main game, koleksi barang dan segala hal hedon lainnya.

Jangan meragukan manusia kalau soal itu, dikasih uang buat kebutuhan dasar nggak bakal bikin manusia puas untuk mengejar harta.

Untuk mengikuti kehidupan yang kian glamor, pada akhirnya akan ada orang-orang yang berujung B.U alias butuh uang. Kondisi begini memungkinkan orang-orang untuk mencari pekerjaan tambahan.

Eits, jangan anggap semua manusia ingin hidup glamor dan mengejar kemewahan materialis. Banyak juga orang yang punya hobi berbeda. Barangkali nanti ada orang yang memang hobi jadi kuli, tukang dan lain sebagainya.

Toh, adik dari novelis besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer saja memilih dengan kesadaran penuh untuk menjadi pemulung. Ya, Susilo Toer yang punya gelar doktor dari Rusia memilih untuk jadi pemulung.

Kalau memang sebaik itu, kenapa kebijakan ini belum diterapkan? Memang ada beberapa kekhawatiran yang diperdebatkan soal universal basic income ini. Seperti potesi inflasi, peningkatan tarif pajak, sumber pendanaan, geger sosial dan lain sebagainya.

Tapi, seperti yang saya tulis di awal paragraf, krisis butuh aksi cepat dan out of the box. Mungkin saja universal basic income ini adalah jalan keluar. 

Bagaimana menurut Sobat Kilat? Apakah universal basic income perlu diterapkan? Mari kita diskusikan di kolom komentar ya, Sob!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © PT Indo Fin Tek 2016 - 2021 | Newsphere by AF themes.